Minggu, 26 September 2010

jin dan dunia santri

Pernahkah kamu berpikir kalau kehidupan jin sama seperti manusia? Makan, tidur, belajar, ngenet…? Ngomong-ngomong soal jin, dulu sewaktu mondok di pesantren. Gw punya teman namanya aprianto (namanya sengaja tidak disamarkan, biar orangnya cepat tenar) pria ini diduga mempunyai jin dan ajimat… sosok aprianto begitu menyeramkan di mata kami meskipun kedengarannya agak sedikit konyol… entah udah berapa tikus yang kabur karena melhat sosok aprianto… bak artis di pondok. Ya kalau diperumpakan ia layaknya ariel peterpan namun kasusnya berbeda kasus ini lebih dikenal dengan sebutan jinigrafi… hihihi….
Aprianto emang misterius, banyak hal-hal aneh ang dilakuinnya untuk ngebuktiin bahwa ia mempunyai jin. Mulai dari bertapa dalam lemari saat pramuka(belakangan ketahuan kalau atribut pramukanya ga lengkap, makanya dri pada dihukum mendingan ia sembunyi dalam lemari) sering menyendiri di tempat yg sunyi, sambil komat-kamit ga jelas (owh rupanya ia lagi berusaha hafalin pelajaran ), membawa boneka aneh… hihi… mau nyaingin limbad, hellowww limbat bawa burung hantu bro, bukan boneka (belakangan diketahui bahwa dia adalah sosok yg feminim) dan yang paling parahnya lagi ia sering kepanasan kalau dengarin kita lagi baca yasin(halah, yg ini benaran ga ya???)
Selidik punya selidik, kami curiga kalau semuanya itu Cuma dibuat-buat buat nakut-nakutin kita… dan diantara teman gw yg paling jengkel dengan perbuatannya adalah tahir dinsi… tahir dinsi pun akhirnya ngumpulin kami, dengan inisiatif tahir, kami berusaha untuk menyelidikinya…
Tepat pukul 6 sore di mesjid Al-amin, seluruh santri duduk rapi, sedang membaca Al-qur’an, gw sengaja ngajak aprianto untuk ngobrol membahas tentang dunia jin, ia pun menceritakan semuanya pada gw, termasuk tentang rahasia limbad, katanya sih, dia sering bertemu dengan limbad di alam mimpi, dan limbad selalu tersenyum padanya, lho mang apa hubungannya, oke gw ngaku kalau yg ini gw boong….. ia Cuma menceritakan bahwa ia pernah bertemu ama jin… 10 menit pun berlalu namun aprianto masih semangat dengan cerita-ceritanya,sedang di sampingnya telah duduk tahir dinsi yang sedang membaca yasin… anehnya, ga seperti biasanya, kali ini ia ga merasa kepanasan apalagi teriak2. Entah mungkin karena ia telah larut dalam ceritanya… gilaaaa rencana kami berhasil coy… tak ada reaksi apapun, tahir dinsi yg merasa selama ini merasa tertipu oleh aprianto, merasa kesal, marah, jengkel, matanya merah, kepalanya, bertanduk (lho kok malah si tahir yg jadi jinnya???) dia pun mengambi peniti dari saku bajunya, lalu nusukin ke paha aprianto…
“Aaaaaarrrgghhhhhttt….!!! Sakit woi… panas….“ teriak aprianto sekeras-kerasnya dengan wajahnya yg merah merona, ia berlari lalu keluar dari dari pintu mesjid. Kami pun tertawa melihat tingkah lakunya, terlebih si tahir ia tertawa terpingkal-pingkal sambil membantingkan tubuhnya ke lantai. Salah seorang teman gw mencoba mengikuti aprianto dan bertanya
“maza bik ya akhi, ada denganmu wahai saudaraku?”
“ma’fisy, aku Cuma kepanasan soalnya si tahir tadi membaca yasin” jawab aprianto. Pucat. (halah, muke lo)
Sampai saat ini gw belum bias ngelupain kejadian itu….. walaupun jujur, waktu kelas satu gw sempat kagum dengan sosoknya, hihi……